Welcome to Horasianblogspot

Rabu, 12 September 2012

jangan cemas,gelisah

sebuah kesaksian.....Anak saya yang berada di kelas 2 SD bertanya kepada saya apa arti kata resah? Dia mungkin baru saja membaca buku dan menemukan kata itu yang tidak dimengertinya. Saya menjawab bahwa resah dapat berarti gelisah, kuatir, dan cemas.
Sesudah menjawab pertanyaan anak saya ini, saya tergelitik untuk memikirkan arti jawaban saya tersebut.
Memang situasi kehidupan kita sering membuat hidup kita tak pernah merasa damai. Ada-ada saja masalah atau situasi yang menimbulkan kekuatiran atau kecemasan dalam diri kita.
Cemas akan pekerjaan kita, usaha kita, masa depan kita, atau apa saja yang ada di sekitar kita membuat kita kehilangan suasana bahagia, suasana damai, suasana sejahtera. Tampilan luar kita bisa saja kelihatan ceria, bisa kelihatan bahagia, namun di dalam hati, atau batin kita penuh dengan kecemasan, kegelisahan dan kekuatiran. Banyak kehidupan rumah tangga yang kelihatan luarnya bahagia, tetapi di dalamnya diliputi dengan kegelisahan, pertengkaran, curiga dan penderitaan.
Banyak orang sering mencoba menutupi bagian dalam diri mereka yang penuh kekuatiran dan kecemasan dengan bertindak berani, bertindak gagah, bertindak ceria, namun sebenarnya jauh di dalam hati mereka penuh dengan perasaan cemas, gelisah dan kuatir.
Sebagai orang kristen, apa yang harus kita lakukan untuk menghilangkan kecemasan dan kekuatiran dalam diri kita dan hidup dengan penuh kedamaian?
Kita hanya bisa menghilangkan kegelisahan, ketakutan, atau kecemasan kita bila kita memiliki harapan. Tanpa harapan tak ada kepastian akan penyelesaian masalah kita, tak ada pegangan akan adanya pertolongan atau jalan keluar dari masalah kita. Ketika kita memiliki harapan, maka harapan itu memberikan kita titik terang, memberikan pegangan, memberikan kekuatan untuk terus bertahan, terus berjuang menghadapi semua rintangan, semua masalah ataupun ancaman.
Namun harapan akan tinggal harapan kalau kita meletakkan harapan kita pada sesuatu yang kosong, yang kelihatannya besar, kuat, penuh gemerlapan, tetapi pada dasarnya kosong.
Seekor anjing memburu dan menggonggong ssebuah mobil yang lewat di hadapannya, namun setelah ia mencapai mobil itu, ia tidak tahu mau diapakan mobil itu, karena tak ada sesuatu yang didapatinya, tak bisa dimakan, atau diapakan. Mobil yang dikejarnya tak sesuai dengan harapan, tak sesuai dengan jati dirinya, atau impiannya. Lebih baik ia memburu seekor kelinci atau kucing dari pada sebuah mobil. Ia akhirnya berjalan kembali dengan kecewa.
Ada banyak tawaran dalam dunia di sekitar kita untuk mengobati kegelisahan, kekuatiran dan kecemasan kita. Dunia memberikan berbagai alternatif, berbagai resep bagi manusia. Namun tak ada resep yang bisa menjamin atau mujarab untuk menentramkan kegelisahan, kekuatiran dan kecemasan kita.
Banyak orang mengira ketika mereka memiliki uang, mereka tak akan gelisah, kuatir atau cemas, tetapi justru uang menimbulkan lebih banyak kegelisahan, kekuatiran dan kecemasan.
Sebagian orang mengira dengan memiliki kekuasaan mereka akan merasa tentram dan gembira, tetapi kekuasaan justru menimbulkan lebih banyak kegelisahan, kekuatiran dan kecemasan.
Sebagian lagi mencoba mencari kesenangan dan ketentraman dengan obat-obatan dan minuman keras, mereka pergi ke tempat-tempat hiburan, namun tak ada kedamaian dan ketentraman yang mereka temukan, hanya kegelisahan dan makin terperosok jauh kedalam ketakutan, dan kegelisahan.
Damai dan ketentraman hanya dapat kita temukan bukan di luar kita, tetapi melalui hubungan batin kita dengan Tuhan, Sang Pencipta kita. Ia yang menciptakan kita. Ia yang menaruh dalam diri kita hubungan penciptaan itu antara Dia dengan kita, sehingga ketika kita ada di dalam Dia kita mengalami kedamaian dan ketentraman, namun ketika kita memutuskan hubungan itu, maka kedamaian dan ketentraman di dalam diri kitapun juga ikut lenyap.
Hubungan kita dengan Sang Pencipta kita bagaikan hubungan ranting dengan pohonnya. Ketika ranting terlepas dari pokok pohonnya, maka ranting itu akan menjadi kering dan mati. Begitu juga dengan kita, hidup kita akan merana dan akhirnya mati ketika kita melepaskan diri kita dari hubungan dengan Tuhan.
Daud mengatakan dalam Mazmur 63:2-3: Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.
Ya memang hanya dekat pada Tuhan saja, kita dapat merasakan ketenangan dan kedamaian. Di dalam Tuhan kita menerima penghiburan, menerima pengharapan akan masa depan kita, menemukan solusi dari semua kegelisahan hati kita, dan menerima jaminan pengampunan dari semua dosa, semua kesalahan yang menghantui hidup kita.
Hanya melalui hubungan kita yang erat, yang akrab dengan Tuhan kita menemukan keteduhan dari semua kecemasan dan kegelisahan hati kita. Di dalam hubungan dengan Tuhan kita dipulihkan kembali, disembuhkan dari semua bilur-bilur masa lalu kita, luka-luka batin kita.
Yesaya mengatakan dalam Yesaya 61:10: Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.
Di dalam Tuhan kita menemukan keselamatan, mendapatkan hidup baru, karena hanya Tuhan yang dapat memberikan keselamatan kekal, kehidupan baru, dunia baru bagi kita.
Rasul Petrus mengatakan dalam I Petrus 5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu.
Carilah Tuhan dalam kegelisahan dan kecemasan anda. Carilah dan temuilah Tuhan, serta ceritakan semua kegelisahan dan kecemasan anda, serahkan hidup anda padaNya, agar anda menemukan ketentraman, kedamaian, dan keselamatan dari padaNya. Amin. Tuhan menolong anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar